Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti."
5 Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti" Bagi orang Jawa sendiri kata di atas sangat bermakna sekali, sebab sifat iri, jahat, angkara murka serta picik hanya biasa diatasi dan dikalahkan oleh sabar. Seperti perkataan Bahasa Minang, "Manang jadi arang kalah jadi abu". Tidak ada gunanya memperlebar permasalahan dengan pertikaian. Alonalon waton kelakon, gremet-gremet waton selamet, ojo kebat kliwat, Mangan ora mangan, asal kumpul, Anak Polah, Bapa Kepradah, Mikul dhuwur, mendhem jero, Suro diro jayaningrat lebur dening pangastuti, Ngunduh wohing pakarti. Ketujuh pribahasa tersebut kerap digunakan masyarakat Wonosari untuk menjalankan kehidupan seharu-hari.413views, 6 likes, 0 loves, 2 comments, 15 shares, Facebook Watch Videos from Seputar lagu daerah: "'Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti" adalah segala sifat keras hati, picik, dan "'Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti" adalah segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak
Ulahpakarti luhur : Sikap dan tindak perbuatan yang mengutamakan berlakunya nilai-nilai kemanusiaan yang luhur dan beradab guna menuju ke arah terciptanya suatu masyarakat sejahtera lahir maupun batin, sebagai yang dimaksudkan dengan istilah pangastuti ataupun dharmastuti.
Rawerawe rantas malang-malang putung - segala sesuatu yang merintangi maksud dan tujuan harus disingkirkan. Arti harafiahnya adalah: " (tanaman) yang menjulur-julur harus dibabat sampai habis dan yang menghalang-halangi jalan harus dipatahkan." Halaman ini terakhir diubah pada 23 September 2020, pukul 05.07. Teks tersedia di bawah LisensiPerubahanini bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1043 Hijriah, 29 Besar 1554 Saka, 8 Juli 1633 Masehi. Tanggal tersebut ditetapkan sebagai tanggal 1 bulan Suro tahun 1554 Jawa (Sultan Agungan), yang digunakan sekarang. Dengan demikian, apabila ditilik berdasarkan penanggalan Jawa yang diciptakan mPu Hubayun pada 911 SM, maka saat ini (2013